Rabu, 03 Juli 2013

paku ekor kuda padang rumput


LAPORAN INDIVIDU PRAKTIKUM TAKSONOMI 1
PAKU EKOR KUDA PADANG RUMPUT (EQUISENTUM PRASENSE)
Dosen Pengampu: Prasetyo, M.Pd
     


Disusun Oleh:
NAMA: HERDANTO TRIATMOJO
NPM: 1220167
KELAS: 2E

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2013

BAB 1


PAKU-PAKUAN
Equisetum telmateia telmateia

Tumbuhan paku adalah sekelompok tumbuhan dengan sistem pembuluh sejati (Tracheophyta, memiliki pembuluh kayu dan pembuluh tapis) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksi seksualnya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini mempertahankan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000, dengan perkiraan 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia. Sebagian besar anggota paku-pakuan tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Paku-pakuan cenderung ditemukan pada kondisi tumbuh marginal, seperti lantai hutan yang lembab, tebing perbukitan, merayap pada batang pohon atau batuan, di dalam kolam/danau, daerah sekitar kawah vulkanik, serta sela-sela bangunan yang tidak terawat. Meskipun demikian, ketersediaan air yang mencukupi pada rentang waktu tertentu diperlukan karena salah satu tahap hidupnya tergantung pada keberadaan air, yaitu sebagai media bergeraknya sel sperma menuju sel telur. Tumbuhan paku pernah merajai hutan-hutan dunia di Zaman Karbon sehingga zaman itu dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil dan mengalami mineralisasi sekarang ditambang orang sebagai batu bara. Menurut petunjuk-petunjuk paleontologi, banyak yang bersepakat bahwa dari suatu bentuk tumbuhan paku purba terwujudlah tumbuhan berbunga, suatu kelompok tumbuhan yang mendominasi vegetasi masa kini.
MORFOLOGI                                                                                                                                   Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna dengan rimpang yang menjalar di tanah atau humus dan ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung seperti gagang biola dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir selalu tersusun sebagai daun majemuk.

DAUR HIDUP                                                                                                                      Daur hidup tumbuhan paku mengenal metagenesis /pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase utama:gametofit dan sporofit. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembap. Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.

Reproduksi Pada Tumbuhan Paku


Reproduksi pada tumbuhan paku dapat terjadi dengan dua cara yaitu secara aseksual (vegetatif) yaitu dengan cara menghasilkan gemma (tunas) yang mengandung spora, dan secara seksual (generatif) yaitu dengan cara memproduksi sel kelamin jantan dan sel kelamin betina oleh alat kelamin (gametangium).

Tumbuhan paku dapat menghasilkan beberapa jenis spora, diantaranya:
  • Paku homospora, merupakan jenis paku yang hanya dapat menghasilkan satu jenis spora, yaitu spora jantan saja atau spora betina saja.
  • Paku heterospora, dapat menghasilkan jenis spora yang berlainan. Yaitu spora berukuran besar (megaspora) yang merupakan gamet betina, dan spora berukuran kecil (mikrospora) yang merupakan gamet jantan.
  • Paku peralihan, merupakan peralihan antara homospora dan heterospora. Spora jenis peralihan mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, namun sebagian berkelamin jantan, dan yang lainnya berkelamin betina.

                                                                                   

BAB 2


PAKU EKOR KUDA
Nama paku ekor kuda merujuk pada segolongan kecil tumbuhan (sekitar 20 spesies) yang umumnya termasuk kecil dan semua masuk dalam genus Equisetum (dari equus yang berarti "kuda" dan setum yang berarti "rambut tebal" dalam bahasa Latin). Anggota-anggotanya dapat dijumpai di seluruh dunia kecuali Antartika. Di kawasan Asia Tenggara (Indonesia termasuk di dalamnya) hanya dijumpai satu spesies alami saja yaitu E. ramosissimum, yang dikenal sebagai rumput betung dalam bahasa Melayu, tataropongan dalam bahasa Sunda, dan petongan dalam bahasa Jawa. Kalangan taksonomi masih memperdebatkan apakah kelompok ekor kuda merupakan divisio tersendiri, sebagai Equisetophyta atau suatu kelas dari Pteridophyta, sebagai Equisetopsida. Hasil analisis molekular menunjukkan kedekatan hubungan dengan Marattiopsida. Semua anggota paku ekor kuda bersifat tahunan, terna berukuran kecil (tinggi 0.2-1.5 m), meskipun beberapa anggotanya (hidup di Amerika Tropik) ada yang bisa tumbuh mencapai 6-8 m yaitu : E. giganteum dan E. myriochaetum. Batang tumbuhan ini berwarna hijau, beruas-ruas, berlubang di tengahnya, berperan sebagai organ fotosintetik menggantikan daun. Batangnya dapat bercabang. Cabang duduk mengitari batang utama. Batang ini banyak mengandung silika. Ada kelompok yang batangnya bercabang-cabang dalam posisi berkarang dan ada yang bercabang tunggal. Daun pada semua anggota tumbuhan ini tidak berkembang baik, hanya menyerupai sisik yang duduk berkarang menutupi ruas. Spora tersimpan pada struktur berbentuk gada yang disebut strobilus yang terletak pada ujung batang (apical). Pada banyak spesies (misalnya E. arvense), batang penyangga strobilus tidak bercabang dan tidak berfotosintesis (tidak berwarna hijau) serta hanya muncul segera setelah musim salju berakhir. Jenis-jenis lain tidak memiliki perbedaan ini (batang steril mirip dengan batang pendukung strobilus), misalnya E. palustre dan E. debile.
EQUISENTRUM
KINGDOM
PLANTAE
DIVISIO
PTEREDOPYTA
CLASIS
EQUISETOPSIDA
ORDO
EQUISETALES
FAMILI
EQUISETACEAE
GENUS
EKUISETUM




HABITAT

Paku ekor kuda menyukai tanah yang basah, baik berpasir maupun berlempung, beberapa bahkan tumbuh di air (batang yang berongga membantu adaptasi pada lingkungan ini). E.arvense dapat tumbuh menjadi gulma di ladang karena rimpangnya yang sangat dalam dan menyebar luas di tanah. Herbisida pun sering tidak berhasil mematikannya. Di Indonesia, rumput betung (E. debile) digunakan sebagai sikat untuk mencuci dan campuran obat.
Contoh spesies
Subgenus Equisetum
Subgenus Hippochaete












EQUISENTUM PRASENSE


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieWcX2kA7l-cHVXmWYWzhulFTLnAYiznrSt4_6G5cojrQ3T04RQHOLwaoDnfVzwJY3YRIlecgFeCRIL7clpf_U28yRgAaSse-pM0rv3mLqlKGbsWpI8jPxsHuDDwRuI7A7smSZ2yKiqG9D/s320/Equisetum_pratense.jpg


*                  Disebut juga ekor kuda padang rumput, ekor kuda rindang atau ekor kuda gelap, merupakan spesies tumbuhan milik divisi paku ekor kuda (Equisetophyta). Spesies ini dapat ditemukan di hutan yang memiliki tumbuhan tinggi atau dedaunan yang amat tebal yang dapat memberi keteduhan. Tumbuhan ini cenderung tumbuh lebih dekat dan lebat di sekitar sungai atau kolam. Sinonim : Equisetum umbrosum, Equisetum ehrhartii, Equisetum drummondii Hook, Equisetum amphibolium, Allostelites pretense.
*      Manfaat : sebagai tanaman hias

KLASIFIKASI ILMIAH:
EQUISENTRUM PRATENSE
KINGDOM
PLANTAE
DIVISIO
PTEREDOPYTA
CLASIS
EQUISETOPSIDA
ORDO
EQUISETALES
FAMILI
EQUISETACEAE
GENUS
EQUISETUM
SPESIES
EQUISETUM PRASENSE

SPORA                                                                                                                                   Spora yang dihasilkan paku ekor kuda umumnya hanya satu macam (homospor) meskipun spora yang lebih kecil pada E. arvense tumbuh menjadi protalium jantan. Spora keluar dari sporangium yang tersusun pada strobilus. Sporanya berbeda dengan spora paku-pakuan karena memiliki empat "rambut" yang disebut elater. Elater berfungsi sebagai pegas untuk membantu pemencaran spora.


MORFOLOGI
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/8/8f/Arvense_fertil.png/250px-Arvense_fertil.png

Batang fertil E. arvense dengan strobilus di ujungnya. Batang ini muncul pada akhir musim salju, sebelum munculnya batang steril yang fotosintetik. Spora yang dihasilkan paku ekor kuda umumnya hanya satu macam (homospor) meskipun spora yang lebih kecil pada E. arvense tumbuh menjadi protalium jantan. Spora keluar dari sporangium yang tersusun pada strobilus. Sporanya berbeda dengan spora paku-pakuan karena memiliki empat "rambut" yang disebut elater. Elater berfungsi sebagai pegas untuk membantu pemencaran spora. Paku ekor kuda menyukai tanah yang basah, baik berpasir maupun berlempung, beberapa bahkan tumbuh di air (batang yang berongga membantu adaptasi pada lingkungan ini). E.arvense dapat tumbuh menjadi gulma di ladang karena rimpangnya yang sangat dalam dan menyebar luas di tanah. Herbisida pun sering tidak berhasil mematikannya. Di Indonesia, rumput betung (E. debile) digunakan sebagai sikat untuk mencuci dan campuran obat. Pada masa lalu, kira-kira pada zaman Karbonifer, paku ekor kuda purba dan kerabatnya (Calamites, dari divisio yang sama, sekarang sudah punah) mendominasi hutan-hutan di bumi. Beberapa spesies dapat tumbuh sangat besar, mencapai 30 m, seperti ditunjukkan pada fosil-fosil yang ditemukan pada deposit batu bara. Batu bara dianggap sebagai pengerasan sisa-sisa serasah dari hutan purba ini.




BAB 3




PEMBAHASAN:

Pada dasarnya paku ekor kuda padang rumput (equisentrum pratense) memiliki bentuk seperti ekor kuda dan memiliki karakter/ciri umum yang sama dengan pteredopyta seperti:
a)      Terdapatstrobilus diujung batang (tempat penyusunan spora yang berbentuk menyerupai gada)
b)      Habitat pada tempat yang basah, ber air (di pasir maupun di lumpur)
c)      Batang berwarna hijau
d)     Beruas - ruas
e)      Batang dapat bercabang
f)       Cabang mengitari batang
g)      Daun berbentuk seperti sisik karena tidak berkembang dengan baik
h)      Mengalami metagenesis, yang terdiri dari dua fase utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus atau protalium, yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembap. Dari prothallium berkembang anteridium ( organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (organ penghasil atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju arkegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.
Equisentum prasens ini juga ter golong dalam divisio pteredophyta karena pada tanaman ini sudah memiliki akar batang dan daun tetapi belum memiliki bungga. Selain itu tanaman ini sudh memiliki exlem dan floem yang bertujuan untuktransportasi air dan bahan makanan

KESIMPULAN

Paku ekor kuda padang rumput di masuk kan kedalam divisio pteridophyta, clasis aquisetopsida, ordo equisetales, familiequisetaceae, dan termasuk pada genus ekuisetum.
Paku ekor kuda tumbuh di tempat yang lembab baik di pasir maupun di tanah. Batang paku ekor kuda beruas-ruas dan bercabang.
Daun yang dimiliki paku ekor kuda berbentuk seperti sisik dan memiliki warna hijau.

           










                   
Daftar pustaka

http://aanggieriany.blogspot.com/2012/11/biology-tumbuhan-paku.html
http://www.sridianti.com/biologi/tumbuhan-paku/ciri-tumbuhan-paku-pterydophyta/